Monday, November 8, 2010
tunggu saja di sana
berapa banyak langkah yg harus kuayunkan untuk dapat sampai ke tempatmu. sekali lagi aku yakin, aku sudah mulai berjalan semenjak lama, tapi kenapa pemandangan di sekeliling tetap itu-itu saja. apakah aku justru hanya diam di tempat. kutengok sejenak ke belakang. ah aku belum melangkah terlalu jauh ternyata, ambang aman hatiku pun masih nampak. lalu saat aku menatap lurus ke depan, agak remang memang, tapi aku yakin, kamu masih berdiri di tempatmu berpijak tadi. tentang apa tujuanmu disana, tentang mau atau tidakkah kamu menunggu aku sampai, aku tidak begitu yakin. ya, aku memang tidak yakin. tapi yang aku tahu, aku harus sanggup sampai di tempatmu. ada sesuatu yang tidak mungkin terselesaikan, atau minimal tersampaikan, tanpa aku bisa mendekat, tanpa aku berbisik. sesuatu itu kian mendesak, dan memaksaku untuk mengubah lenggang langkahku menjadi lebih cepat, lebih cepat, hingga aku sadar bahwa aku ternyata sudah berlari. rasanya cepat sekali, semua semangat dan tekad di dalam sanubariku seperti menghipnotis otakku, menguatkan ototku, membuatku tetap dan terus dan semakin cepat berlari. rasanya tak sabar untuk segera saja kuhabiskan seluruh jarak yang masih tersisa antara aku dan gerbang tempatmu berdiri. detik detik berlalu. oh, sepertinya ini bukan hanya tentang detik. jam kah? hari kah? atau mungkin lebih dari itu. berapa sebenarnya waktu yang telah aku habiskan. mengapa aku tak kunjung bisa melihat jelas tubuh dan wajahmu. memang semakin dekat jarak antara aku dan gerbangmu. tapi buat apa dekat, jika aku tak kunjung bisa berdiri di hadapmu. selama masih ada jarak yang belum terlampaui, semua kedekatan itu sia-sia saja. apa aku hanya bermimpi telah berlari? lalu mengapa rasanya lelah sekali. sungguh lelah sekali. apakah jarak yang kuanggap dekat ini hanya fatamorgana belakang. sesungguhnya hanya jalan yang tak ada ujungnya. sial! kapan aku bisa benar-benar sampai di gerbang mu? dan adakah dirimu berkenan menunggu aku yang belum juga sampai. bagaimana jika tidak? bagaimana jika kau hanya ingin melihat aku berlari, dan kemudian berpaling masuk ke gerbang lain yang lebih jauh, lebih sulit untuk ku gapai. bagaimana? bagaimana dengan diriku? sekelebat pikiran dan spekulasi itu membuatku menghela nafas lalu berhenti seketika. ya aku berhenti seketika. tanpa tenaga. dengan tujuan yang memudar. aku bersimpuh. tidak, aku tidak menangis. aku hanya kesal dan kelelahan. tapi saat aku kembali menatap tegas ke depan, ke gerbang tempat dimana kuharap kamu rela menanti, dan kulihat masih ada sesosok orang yg berdiri tegar -aku memang tidak yakin itu kamu- kekuatanku seperti muncul kembali. dan aku harap kamu benar-benar mau menunggu. sediakan waktumu sebentar lagi untuk menunggu aku sampai. karena walaupun kini langkahku tertatih, namun keyakinanku untuk bisa memeberikan sentuhan akhir yang baik pada perjalananku kali ini akan sanggup memotivasi diriku untuk sampai. jadi tolong jangan beranjak barang satu jengkalpun dari tempatmu berdiri, karena sebentar lagi -hanya butuh waktu sekedipan matamu- aku akan mampu sampai di tempat tujuanku, kamu...
Tuesday, September 14, 2010
aku tunjukin ke kamu
aku nulis ini tanpa emosi kok. bukan karena ngambek atau apapun. menggebu-gebu mungkin iya. tapi bukan karena marah. cuma karena aku butuh sesuatu untuk cerita. aku sadar aku yang mulai semua ini duluan, aku yg bikin keadaan jadi gini duluan, makanya aku tau diri untuk ngasih conto duluan tentang apa yg aku bilang pengorbanan.
Sunday, September 12, 2010
17th
i really feel blessed because of my 17th.
"kalau bukan karena Allah yang ngasih kesabaran yang sangat panjang, dan mungkin jauh lebih panjang dari temen-temen sebayaku. kalau bukan karena Allah yang bermurah hati ngasih aku ketegaran yang jauh lebih besar daripada orang lain. mungkin aku ga bakal merayakan ulang tahunku sampai pda angka tujuh belas"
kebanyakan orang berharap ada kado spesial dari kedua orang tua tentunya. apalagi yg cewek. 17 kan tanda awal kedewasaan. wajarlah kalau kita berharap dapet kado. cuma mungkin setiap orang mengharap sesuatu dalam bentuk yang berbeda-beda. yang sama paling KTP, SIM, atau buat orang yang senasib kayak aku mungkin mengharap ijin naek kendaraan dan mbawa kendaraan ke jalan besar. tapi untuk yang lebih spesifik, kalau yang lain berharap sesuatu itu adalah benda nyata, kalau aku mengharapkan sesuatu yg berbeda. abstrak, tapi buat aku ini berpengaruh besar. sesuatu yang udah sangat lama aku harapkan. tapi ga pernah bisa buat aku bilang ke mereka "RIRIS pengen ini!". ga tega rasanya...
aku masih penasaran di umur berapa nantinya aku bisa bilang. bisa menyelamatkan apa aja yg mungkin aku selamatkan. bisa jadi lebih dewasa dalam bertindak, bukan di depan orang banyak tapi di depan beliau berdua. bisa menentukan mana yang bisa aku selesaikan sendiri mana yang harus aku bagi dengan orang lain. bisa melindungi dua wanita yg plg dekat (seharusnya) dengan aku. walaupun untuk saat ini mereka terasa sangat jauh dari aku. aku benar-benar merasa ga ada lagi yang harus aku perjuangkan, karena ga ada lagi yang memperjuangkan aku. aku berharap itu cuma untuk saat ini. tragisnya, itu terjadi justru di umur 17 tahun ku. saat dimana aku seharusnya sudah lebih dewasa. bukan lagi waktu mempelajari, tapi wakti mengatasi.
"well, i never think that i had a suck big problems like this. for me it's just like an ordinary thing. habit maybe. i feel it's just like a dejavu. yang terus-terusan terulang, dan setiap hari sepertinya bakalan ada. jadi untuk apa aku berharap ga akan terjadi apa-apa hari ini."
17 tahun.
apa yg istimewa, aku merasa lebaran jauh lebih istimewa. karena nyatanya ulang tahun malah nambah masalah baru. aku bener-bener ga tau. akunya yang emal sial apa aku yang mbawa sial.hmpfh...
"kalau ada satu harapan. kalau aku dikasih kesempatan, untuk sekedar berharap aja. bahkan kalau kesempatan itu cuma buat hari ini aku cuma berharap i can taste how the normal life is..."
Sunday, August 29, 2010
adakah yang kau simpan untukku
adakah sebenarnya kamu untukku
aku bukannya ingin memilikimu
aku hanya ingin mengetahui hatimu
apakah sama yang kaurasakan
dengan apa yang kuharapkan
mungkin terlalu dini dalam menyimpulkan
mungkin terlalu dini untukku menginginkan
aku masih bimbang dan bingung dengan keadaan
masih merasa bersalah terhadap perasaan ini
ada yang terluka jika aku dekat denganmu
namun hatiku juga terluka untuk bersabar
dasarnya aku sudah muak untuk memahami
aku ingin memanjakan hatiku sendiri
sekali ini saja berikan aku kesempatan
untuk menyayangi apa yang ingin aku sayangi
akupun mencoba untuk tau diri
kemungkinnya bukan aku yang ingin kau sayangi
aku bukannya mengemis cinta
aku tetap percaya cinta itu bertuan
dan akan datang pada yang sepatutnya memilikinya
aku hanya berharap atas sebagian kecil dari hatimu
adakah yang kau simpan untukku?
Friday, August 6, 2010
Apakah hitam dan putih itu warna ?
bertinta hitam dan putih
rasany resah, lelah
menentukan pilihan warna
bukan sekedar memilih warna
tapi tentang perasaan tersirat
tentang harapanku padamu
tentang visi juga mimpi tertuju
hanya kekalutan terlihat
cuma hitam dan putih
ringkas pun dasar
tanpa penjelasan makna
keduany dekat tp jauh
bersanding namun bertolak
entah suram atau cerah
tak bertitik tengah
ya, engkau yg tega
melukis hening di hatiku
tolong kembali berilah warna lain
jangan hanya hitam dan putih
gelap dan terang tak ada yg jelas
sama sekali tak ada
petunjuk yg tegas
tentang apa yg akan
tersingkap dr hati pelukismu
apa yg kau harap
membuat aq maju menerka
tak lama mundur bimbang
ayolah beri warna lain
agar lebih nyata dan tampak
jangan biarkan hatiku
buta atau malah silau
karena hitam dan putihmu
melukiskan hening di hatiku
Friday, July 23, 2010
jika boleh aku berterima kasih
Thursday, July 22, 2010
biarkan aku bertitah sendiri
telingaku mulai tertutup
mataku mulai terpejam
hatiku mulai membeku
tak ada lagi hasrat untuk perduli
enggan untuk berbagi hari
ini hidupku sendiri
jadi aku akan memilih sendiri
di tengah dunia yang juga buta
untuk apa aku belajar melihat
di tengah dunia yang tuli
untuk apa aku belajar mendengar
di tengah dunia yang egois
untuk apa aku belajar memahami
cukupkan saja semua omong kosong
hanya membuatku merasa bodoh
membuatku merasa bersalah
karena hal yang tak pernah ada
serasa berkubang dalam kesalahan
ternyata hanya fatamorgana belaka
demi Tuhan tolong lapangkan pikiran
relakan aku untuk berdiri pada kakiku
aku lelah untuk terus tersesat
pada diri yang bukan aku
bayangan abstrak keinginan anda
sekali ini tolonglah
biarkan keinginanku melambung terbang
bersama asaku yang mencoba bebas
ini aku, ini hatiku
yang tahu aku, juga hidupku
serta mimpiku, dan cita-citaku
jauhkan doktrinmu, dari nuraniku
agar aku tiada tersesat bingung
di labirin buntu titah kalian
tolonglah demi hidupku, kali ini
sekali ini, untuk selamanya
Friday, July 9, 2010
tolong biarkan saya sendiri
dalam lembab sejuk pangkuan tanah
redamkan perlahan semua bara di hati
berharap semua perih perlahan menghilang
sebelum sempat ku mengerjap
lalu apa lagi yang dipaksakan dalam penat
jika tak jua mampu meraih langit luas
memang terlalu tinggi untuk menjangkaunya
mengapa tidak mencoba membumi perlahan
sebelum berdebum menimpa rumput kering
hanya akan lebih melukai dan semakin menusuk
mengoyak hamparan mimpi yang terlanjur indah
telah terbayang birunya tersentuh tangan harap
namun tiba-tiba menghilang, musnah
begitu saja, sebelum sempat diri merelakan
sesaat kupejamkan mata dalam remang dunia
coba elakkan semua galau yang menghimpit
lapangkan dada dari ganjalan benci
ikhlaskan apa saja bentuk perasaan
keringkan isak tangis kekecewaan
tak cukup sekejap memang untuk terbiasa
tapi saat ku tlah mampu melampaui pesakitan
hawa damai mulai menyergap menentramkan
buka mata hati mata batin dan mata kepala
jernihkan pikiran keruh usut perasaan kusut
yakinkan pribadi sendiri yang ragu
demi menopang diri tegak melawan angkara
lepaskan keresahan yang itu-itu saja
tatap akhir bahagia di setiap pupusnya impian
rebahkan galau tetaplah berdiri
percayakan bahwa semua kebaikan
pun akan berujung baik pada akhirnya
Thursday, July 8, 2010
untuk anda yang enggan disalahkan
i need a brother who wouldn't be move
Wednesday, July 7, 2010
07.07.2010
di beranda menikmati malam
apa yang di harapkan
dalam gelapnya langit
hanya kelegaan sesaat
ketika tangis tak berisak
tanpa ketahuan mengalir
dari kedua pelupuk mata
tapi disinilah kita sayang
berjarak diantaranya
menciptakan sedikit kekakuan
dengan kejujuran tanpa maksud
hendak menyakiti hati yg lain
terbuka satu persatu tabir
penutup galau selama ini
kamu dan aku hanya berdua
sejenak terdiam saling tatap
mencari penguat dalam mata
satu sama lain sama berharap
keberadaan rasa mendalam
masih tetap ada dan terlihat
di bening selaput jernih itu
apa lagi yang kita tuju
bukankah kejujuran lebih nikmat
daripada kesetiaan semata
kita sama-sama tahu
kita sama-sama mencoba
kita sama-sama berharap
tapi apakah arti kebersamaan
jika hanya fatamorgana rasa
semu tak terjamah sanubari
mengapa tak kita sepakati
untuk jalani ini sebagaimana
kita sanggup untuk melalui
tanpa melampaui kesabaran
bukan berarti kita di ambang
karena batas tak lagi ada
seharusnya
jika kasih ini tulus adanya
kamu dan aku berdua
disini hanya berusaha
untuk saling memahami
batin satu sama lain
kita kuat bersama sayang
kita memang harus bersama
hanya ikatan yang membedakan
ikhlaskanlah yang kita beri
agar kita rasakan kembali
dan tiada yang hilang
baik makna atau raga
tak ada yang berpaling
hanya mundur perlahan
karena jarak bukanlah batas
hanya ruang bernafas bebas
untuk setiap hubungan yang slalu membara
Friday, July 2, 2010
di sini, suatu sore nanti aku akan menghabiskan waktu sebagai seorang pelajar...
Thursday, June 24, 2010
Untuk Beliau Berdua
Friday, June 18, 2010
semua mungkin rencana tuhan
Tuesday, June 15, 2010
kalo aku punya doraemon
aku janji ga bakal serakah kaya nobita. aku janji ga bakal bergantung sama doraemon kayak nobita. aku cuma bakal minta 3 benda ini:
1. AKU MINTA ALAT YANG BISA BIKIN AKU BISA BACA PIKIRAN DAN PERASAAN ORANG
aku cuma pengen tahu siapa orang yang bener sayang sama aku, mana yang pura-pura, mana yang setengah-setengah. mana yang bener-bener temen aku, mana yang cuma basa-basi. emang si kayaknya ini bakal ngelanggar hak privacy seseorang. tapi gimana lagi dora *loh ko ganti kartun. akuu ga minta peta kok* , aku cape salah terka terus. aku udah terlanjur sayang sama temen-temenku, eh ternyata mereka cuma basa-basi doang. aku udah terlanjur seneng punya bestfriend eh ternyata mereka ga ngerasain hal yang sama. kan aku jadi sakit atiii...
2. AKU MINTA PINTU KEMANA SAJA
alesan utamanya, biar aku ga telat lagi kalo berangkat sekolah.hhe...selain itu biar aku bisa tetep jalan-jalan waktu liburan besok, walaupun aku ga punya duit.hho...
3. AKU MINTA KANTONG AJAIB PERSIS PUNYA DORAEMON
jadi aku ga tergantung sama kmu dora. aku juga ga minta banyak-banyak sama kamu. kan aku udah bisa ambil sendiri di kantong ku.hhe.jadi km bisa balik langsung ke jamanmu. hhe...
kalo kalian mau minta apa??
Friday, June 11, 2010
kisah semu
THIS IS IT
kita teman tapi berjauhan
kita sobat tapi berantakkan
kita saudara tapi saling bertengkar
mengapa aku merasa jauh
saat berada di sisi kalian
merasa sepi sendiri
dalam canda tawa hadirmu
bukankah kita sahabat
keluarga dalam satu
lingkaran kasih dan sayang
dari suatu ikatan rasa
dulu kita saling berbagi
tapi kau rasa itu biasa
bukan satu hal yang intim
bukan satu hal yang penting
kemana kita yang dulu
rumah tempat kita berkumpul
dalam hati dan jiwa yang satu
hilangkah, hancurkah kisah semu yang ada
hanya Tuhan yang tahu
kemana, kita akan melangkah
kembali menuju rumah kita
atau pergi ke istana masing-masing
dulu waktu bikin lagu ini the creators nangis bareng-bareng. karena ngerasa kepisah-pisah. ngerasa temen yang lain uda nggak peduli sama persahabatan kita. tapi sekarang kyaknya gw harus puas bwt merenungkan lagu ini sendiri. karena nggak bisa dipungkiri, semua uda punya hidupnya masing-masing.
Thursday, June 10, 2010
Dilema Penguasa Langit
Aku layaknya seorang penikmat alam sejati
Berjalan jauh untuk menemukan matahariku bersinar
Menikmati kehangatan cahayanya dari sela pucuk cemara
Sejauh ini aku berjuang untuk terjaga
Hanya untuk melihatnya lagi
Mentari yang kuyakini akan setia di langit untukku
Bersinar demi mencerahkan hari-hariku
Menghabiskan heliumnya yang walau banyak tetap terbatas
Agar aku slalu dapat merasakan kehadiranya
Aku menyukainya sepenuh hati
Sungguh mencintai sebagaimana ia selalu hadir di tiap tetes embun pagi
Mengagumi bagaimana ia membuatku terjaga
Oleh kecupan hangat yang tersampaikan dengan sinarnya
Di saat siang hari menjelang
Orang lain mulai menghujat sang terik
Dan berpindah memuja sepenuh hati kepada awan
Atas perlindungannya dari si panas mentari
Akupun turut mensyukuri kehadiran awan
Gumpalan yang mampu menyejukkan
Saat ku gerah oleh pantulan ultraviolet menyengat
Menyebalkan, membuatku ingin berteduh
Membuatku ingin berteduh dalam dekapan awan
Merasakan kelembutan teksturnya
Mencicipi halus bentuknya
Merengkuh dan memiliki keberadaannya
Terkadang saja untuk sesaat
Aku mendambakan memeluk sang awan
Sebab aku tau sebesar apapun aku menggilai matahari
Seperti aku tak mungkin menyentuhnya
Rasanya nikmat jika aku bisa menggandeng awan turun
Aku membayangkan sensasi kesejukan
Setiap aku di dekat awan
Ia memang indah, eksotis, ajaib, memukau
Dia sempat mencuri hatiku diam-diam
Diam-diam, karena sepertinya dia tak sadar
Bahwa ada kagum dan sayang di hatiku untuknya
Aku ingin sekali memilikinya
Seandainya saja aku bisa menarik hatinya
Sempat sejenak aku berfikir dengan hati
Cemburukah matahari jika aku memuji awan
Aku merasa bersalah dan berdosa telah menghianatinya
Bahwa awan dan mentari ada di dimensi yang sama
Mereka saling melihat
Dan sepertinya mereka saling mengawasi
Tega jadinya bila aku bisa menyukai keduanya bersamaan
Tidak terlalu lama aku menyesali
Semua bimbang musnah saat aku merasakan dengan pikiran
Menyadari mentari tak perlu cemburu terhadap awan
Toh perhatianku ini hanya sesaat
Karena awan pun bukannya kekal
Tak ada kemungkinan bagiku untuk memilikinya
Sebelum puas aku menyentuh, ia akan lenyap
Menjelma menjadi debu dan rintik hujan
Berganti dengan awan yang lainnya
Menyingkir dari pandanganku
Lagipula bukankah pancaran matahari masih sampai di hatiku
Membuat hanya mataku yang memandang awan
Menyaksikannya perlahan bergulir dan menghilang
Tapi hatiku tetap hanya bagi matahari
Sehingga hanya mentari yang kukagumi
Menggunakan matabatinku
Membuat ku kembali meresapi
Memang hanya aku yang mengetahui
Betapa kesetiaan sang surya itu tetap
Hanya posisinya yang berubah perlahan
Tapi hangatnya masih sama
Sungguh aku hanya manusia berperasaan
Yang tetap berpikir dengan logika
Bahwasannya seberapapun pengorbanan yang mentari berikan
Dia tetap bisa kehabisan bahan bakar
Membuat bumi menjelma gulita
Saat itu aku membayangkan sesosok lain
Penghuni langit yang lain
Dia tidak menerangi kehidupanku
Tidak juga menyejukkan hatiku
Ia hanya berdiam di
Menemaniku menghitung waktu
Tadi malam, sebelum mentari tiba dengan harapannya
Mengingat keheningan tadi malam
Dimana hanya aku dan bulan yang saling pandang
Atau mungkin hanya aku yang memandang bulan
Karena bulan sibuk dengan bintang gemerlapnya
Tapi sungguh aku ingat
Sewaktu bintang tiada tampak
Bulan sempat tersenyum kepadaku
Mungkin baginya itu biasa
Bagiku ia menghiasi hatiku, terlebih mataku
Dengan kemilaunya yang tiada menyilaukan
Membuatku betah untuk terus menatapnya
Seperti berbincang dengan hening
Tapi syahdu adanya percakapan kami
Tak ada yang menyadarinya
Namun aku yakin kami ini sehati
Hingga kini aku mengharap
Aku akan bertemu bulan yang sama
Seperti yang semalam memikat hatiku
Walau di hati aku tahu
Sungguh aku tahu
Bahwa bulan telah memiliki bintang
Bahkan berganti dari satu bintang ke bintang yang lain
Yang memang menjadi pasangan sejatinya
Sedangkan matahari slalu setia menyapa dan menghangatkan
Tanpa menuntutku untuk membalas dengan kesetiaan setara
Hari dan malam terus bergulir
Matahari dan bintang silih berganti
Aku setiap waktunya merasa semakin terbebani
Dengan dosaku kepada matahari
Seiring bertambahnya rasa di diri
Tentang kekagumanku terhadap bulan
Aku layaknya seorang penikmat alam sejati
Berjalan jauh untuk menemukan matahariku bersinar
Melalui hari seindah ini bersama sang mentari
Lalu bergegas pulang untuk menikmati malam bergulir
Sembari mengagumi rembulan, semalaman ia memikat hati
Aku meyukai keduanya
Keduanya pangeran langit bagiku
Yang berbeda hanya masa mereka beredar
Aku ingin memiliki keduanya untukku sendiri
Kudapatkan mereka pergi tanpa satupun hadir disini
Jika aku masih tak bisa memilih
Apakah bulan yang mengagumkan
Apakah tetap pada matahari yang setia
Atau justru membiarkan mereka berlalu
Menghilang membawa perasaan di hatiku
Dn justru berbalik mengejar sang awan
Yang telah menghilang entah kemana
Aku heran
Kenapa awan tersebut lagi
Sunday, June 6, 2010
Mengenang tentang kalian
Adalah hari-hari penentuan
Apakah saya nantinya dianggap mampu
Untuk lanjut ke kelas berikutnya
Atau tinggal di jenjang ini
Trntang cara penentuannya
Apalagi kalau bukan dengan ujian
Cara klasik menguji kemampuan pelajar
Saya dan teman-teman saya juga tentunya
Dipaksa untuk menjejalkan begitu banyak materi
Setiap malam kami berusaha mencerna
Isi dari buku pelajaran hingga larut
Dan bangun pagi buta untuk kembali belajar
Pikiran kami tersita dengan seluk beluk soal
Keringat dingin, deg-degan, was-was
Takut hafalan semalam terlupakan
Semakin difikir, terkadang semakin kabur
Yah...namanya juga pelajaran
Tapi ada hal lain yang unik
Yang selalu muncul di benak saya
Secara tiba-tiba tanpa permisi
Kadang justru disaat saya sedang konsen
Menghadapi soal yang bikin otak spaneng
Dan bikin perhatian saya teralih
Sejenak
Saya tiba-tiba teringat tentang
Eksistansi saya dan teman-teman sekelas
Eksistansi kelas kami
Yang kadang menyebalkan
Tapi tak jarang bikin kangen
Mulai perkenalan awal masuk
Wisata bareng ke luar kota
Nyanyi-nyanyi heboh di kelas
Diomelin guru dan walikelas
Rame-rame bikin onar
Ejekan-ejekan dan julukan aneh
Yang kadang bisa bikin emosi
Tapi lebih sering bikin ketawa
Gosip-gosip panas yang selalu update
Guyonan konyol yang kadang bikin ilfil
Kerjasama mengerjakan soal
Baik yang halal maupun yang dilarang
Sepakat untuk telat ngumpulin tugas
Berantem-beranteman juga tawur beneran
Baik yang sekelas maupun di luar kelas
Tuh kan, apa saya bilang
Sudah segini banyaknya tulisan saja
Belum juga mengungkap semua
Kejadian-kejadian di kelas saya
Namanya juga anak SMA
Kelas XI pula
Jamannya senang-senang
Walau terkadang keadaan tidak mendukung
Karena tuntutan mempersiapkan diri di kelas XI
Yang selalu disampaikan oleh beliau yang terhormat
Hmpfh...
Rasanya baru kemarin saya mengenal mereka
Dan berharap segera naik kelas
Karena kadang saya panas juga
Dengan ulah teman-teman saya
Yang hebohnya ga ketulungan
Tapi kenapa hari ini saya justru menghitung
Hari-hari yang tersisa untuk kami
Saya baru saja merasa lebih dekat
Merasa bahwa mereka semua punya sisi menyenangkan
Selalu begini pada setiap proses adaptasi
Baru bisa menikmati kesenangan
Di akhir masa kebersamaan
Seperti membaca novel
Tebal dan membosankan di tengahnya
Tapi saya diwajibkan membacanya
Apalagi dengan kejutan-kejutan konyol
Di setiap halaman cerita
Padahal di awal membuka buku ini
Saya sudah optimis bisa menghabiskannya dengan senang
Tapi kenapa saat di bagian intinya
Saya justru ingin menutup bacaan ini
Berharap cepat sampai pada akhir cerita
Dan kini saya berada di dua bab terakhir
Ajaib, saya tidak lagi merasa jenuh membacanya
Sejak saya menemukan konflik dan mencapai klimaksanya
Di sekitar bab ke 5 dari belakang tadi
Saya justru enggan mengetahui akhirnya
Karena saya ingin kisah ini terus berlanjut
Karena sekarang saya benar-benar sedang larut didalamnya
Karena saya baru saja mampu merasakan 'greget' nya
Mau apa lagi, saya tetap saja harus mengakhiri buku ini
Tinggal nanti bagaimana saya akan mengemas kembali
Cerita yang ada di novel itu
Bukan rangkumannya
Melainkan seluruh bagian
Sampai seluk beluk detail terkecil
Yang awalnya saya sepelekan
Karena membosankan
Setelah sekarang saya mengerti maksudnya
Justru saya menggilai cerita di novel tersebut
Dan nyatanya benar, saya bisa mengakhirinya
Bukan hanya dengan senyum, tapi juga haru, dan puas
Tidak menyesal saya membacanya
Semoga saya tidak melupakan ceritanya
Karena tertarik dengan cerita yang baru
Sama halnya saya yang tidak menyesal
Telah melewati hari-hari ini bersama kalian teman
Berharap bisa terus mengenangnya
Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini
Terimakasih atas momen-momen kita saat ini
Terimakasih atas hari-hari kita setelah ini
Tapi saya belum mau berfikir tentang perpisahan
Saya belum mau bilang selamat tinggal
Saturday, June 5, 2010
kemanusiaan itu apa
mereka terhanyut dalam keluh
mencoba merasakan rasanya jadi mereka
tiada seorang yang mencoba merasakanku
semua sibuk dengan masalahnya masing-masing
dan problematikaku bukan sesuatu yang berarti
seakan mereka emas
dan aku hanya sampah
saat air mata mereka bercucuran deras
mereka bilang itu luapan masalah yang berat dipikul
sedangkan air mataku yang menetes
adalah tanda kecengengan dan ketidakdewasaan
katanya beban mereka adalah hasil kedzaliman orang lain
tidak sama dengan sakit hatiku yang jadi tanggunganku
kalian mengaharap dimengerti sepenuh hati
bahkan kalian hanya memandangku sebelah mata
berbusa mulut itu mencacat dan mencerca aku
padahal hatiku penuh makian tertahan bagi kalian
bersusah payah aku menutupi amarahku
sesulit itukah kalian memilah kata-kata untukku
bukankah jika kita harus menanam kebaikan
untuk menuai kebajikan
oh...kulihat berbeda adanya
kalian yang menuntut keadilan, tanpa menanam benih baik
bisa mendapat pandangan terhormat bagi diri kalian sendiri
tak kaulihatkah perasaan orang-orang yang tersakiti
justru dera yang semakin banyak diterimanya
setelah marah, kalian tertawa
setelah patuh, aku tersungkur
lalu, bagaimana aku menuntut?
toh harapanku terbawa angin disekililingmu
yang mendengarkanku sambil lalu
impas bukan?adil bukan?
hanya pertanyaan retoris ini yang terucap
makhluk itu bernama...
refleks kubuka lagi baju yang tadi. and what i see??? semut-semut itu nangkring dengan indahnya di baju itu. uda keliatan kayak motif kaen aja, cuma yang ini bisa bergerak
shit! aku mikir 'jangan-jangan lemari baju gue...'. ouch damn! ternyata emang dinding dalem lemari baju uda banyak semut. aku cari penyebab apa yg bkin tu semut ngerubung di sono
tapi nggak ada apa-apa yang bisa ngundang semut sih. so why? tauk deh...yang penting sejak itu keluargaku mengibarkan bendera perang sama mereka. mulai dari nabur kapur semut dimana-mana. gambar pake kapur barus di tembok-tembok juga, lucu juga sekarang liat tembok kamarku ada banyak motif-motif konyol, yang digambar ngikutin trayek nya si semut. dan kita juga jadi makin rajin beberes. sambil nyemprotin obat semut (baca : obat nyamuk buat bunuh semut) . bodo amat, klepek-klepek deh situ lo mut. pokoknya kami tidak akan berhenti sebelum mereka hengkang dari rumah kami. heran, mereka dateng darimana sih? gantian gue ancurin sini rumah lo mut!week...