Thursday, June 24, 2010

Untuk Beliau Berdua

maaf untuk hasil yang kalian terima beberapa hari yang lalu. tapi sumpah demi apapun, aku sendiri ga menyesal dengan hasil tersebut, hanya sedikit kecewa karena aku sudah berusaha mati-matian demi kalian, dan nyatanya usaha ku ga lagi kalian pandang, hanya karena tulisan hitam di selembar kertas. seandainya kalian mau sedikit mengingat momen sekitar 3 minggu terakhir ini. ingatkah kalian kondisi seperti apa yang kalian suguhkan untukku? tidakkah kalian justru merasa bersalah atas dampak yang ada. bukankah aku yang seharusnya marah. aku seharusnya bisa lebih berprestasi, jauh lebih baik dari ini, seandainya ada keinginan dari kalian untuk menahan nafsu amarah satu sama lainnya. kenapa kalian mengharapkan anak yang tegar, padahal kalian sendiri menye-menye di hadapanku. aku bukan mesin pemroses data yang bisa dengan mudahnya menyimpan data yang aku pengen buat disimpen, atau dengan lebih mudah lagi menghapus file yang merugikanku dan cuma bikin kerja otakku tambah lemot, tambah berat. harusnya aku yang marah, karena dengan enaknya kalian menumpahkan kekesalan satu sama lain di hadapanku. apa kalian pikir aku ini tembok, -yang kalau ada orang ngomong di depannya, atau bahkan teriak-teriak kasar, mungkin juga nangis miris- yang ga akan sakit hati kalau ada omongan ga enak masuk ke telinganya. aku manusia, aku cuma remaja yang punya masalah pribadi juga. yang labil dan punya gengsi, yang harusnya cuek tanpa peduli sama keadaan rumah. kalian terlalu banyak menuntut. DUA-DUANYA SAMA AJA. maaf sekali lagi, aku mengecewakan. tapi aku mohon, jangan merasa diri kalian bener sendiri, paling baik sedunia, paling bijak dulu sampai sekarang. lihat aku disini, aku jg pgen nuntut bnyk, toh itu kwjbn klian bwt ngabulin. tp apa yang ada. aku disalahkan segitu bodohnya. tolong, kalian ga bisa berharap punya anak yang sempurna, karena kalian pun bukan orang tua yang sempurna. apalagi dengan keadaan sekarang yang ga cm skdr ga sempurna, tp juga bikin sakit perasaan, bikin otak miris mikirnya. tolong lihat diri kalian sebelum menuntut saya seenaknya. SEMENA-MENA...

Friday, June 18, 2010

semua mungkin rencana tuhan

mungkin Tuhan punya rencana. mungkin kalian sengaja dikasih dunia baru yg lebih menyenangkan. mungkin kalian dibuat ngelupain aku. mungkin kalian ditakdirkan ninggalin aku pelan-pelan lebih dulu. mungkin kalian ga sadar bahwa kalian udah makin dan makin jauh dari aku. kalian jadi ga peduli sama perasaanku. kalian saat ini jadi sangat menikmati hari-hari dengan teman-teman baru kalian. mungkin kalian bahkan udah ga inget bahwa ada aku, temen kalian, yang slalu nunggu kabar dr kalian, yg kangen ketemu kalian. yg dgn senang hati ndengerin keluh kesah kalian, masalah kalian, dan kapanpun kalian butuh crita aq anggep itu wktu yg tepat, kapanpun. yg slalu sakit ati kalo kalian disakiti. yg pgen ikut nangis klo kalian lg sedih. yg susah bwt blg TIDAK sama kalian. well, aq ga maksud bwt ngungkit2 apa yg udah aq lakuin selama ini. aq cuma sakit hati -walau mungkin bwt kalian perasaanku ga ada harganya- semudah itu kalian mengabaikan aku. mungkin skrg jg waktu ku bwt blg kalo AKU GASUKA DIGINIIN. dicari kalo butuh dibuang kalo uda dapet yg baru. ya...mungkin bener ini memang takdir. kalian memang ditakdirkan buat ga lagi butuh aku, karena mungkin aku ditakdirkan untuk pergi. supaya kalian ga sulit melepaskan, dan ga perlu bersedih kalo aku pergi. mungkin kalian baru sadar lagi, kalau aku udah pergi...

Tuesday, June 15, 2010

kalo aku punya doraemon

kalo aku punya temen dorameong...

aku janji ga bakal serakah kaya nobita. aku janji ga bakal bergantung sama doraemon kayak nobita. aku cuma bakal minta 3 benda ini:

1. AKU MINTA ALAT YANG BISA BIKIN AKU BISA BACA PIKIRAN DAN PERASAAN ORANG
aku cuma pengen tahu siapa orang yang bener sayang sama aku, mana yang pura-pura, mana yang setengah-setengah. mana yang bener-bener temen aku, mana yang cuma basa-basi. emang si kayaknya ini bakal ngelanggar hak privacy seseorang. tapi gimana lagi dora *loh ko ganti kartun. akuu ga minta peta kok* , aku cape salah terka terus. aku udah terlanjur sayang sama temen-temenku, eh ternyata mereka cuma basa-basi doang. aku udah terlanjur seneng punya bestfriend eh ternyata mereka ga ngerasain hal yang sama. kan aku jadi sakit atiii...

2. AKU MINTA PINTU KEMANA SAJA
alesan utamanya, biar aku ga telat lagi kalo berangkat sekolah.hhe...selain itu biar aku bisa tetep jalan-jalan waktu liburan besok, walaupun aku ga punya duit.hho...

3. AKU MINTA KANTONG AJAIB PERSIS PUNYA DORAEMON
jadi aku ga tergantung sama kmu dora. aku juga ga minta banyak-banyak sama kamu. kan aku udah bisa ambil sendiri di kantong ku.hhe.jadi km bisa balik langsung ke jamanmu. hhe...


kalo kalian mau minta apa??
seandainya aku punya alat yang bbisa bikin aku tahu, mana yg bneran sayang mana yg enggak. mana yg bneran temen mana yang enggak.

Friday, June 11, 2010

kisah semu

kalo lg kangen sama kebersamaan, pasti lgsg inget sm lagu2an yg gw bikin brg tmen2 SMP dulu. awalnya si cm bwt tugas, cm bwt gw pribadi, ini jd semacem reminder bwt gw spy ga lupa sm mereka.

THIS IS IT

kita teman tapi berjauhan
kita sobat tapi berantakkan
kita saudara tapi saling bertengkar
mengapa aku merasa jauh
saat berada di sisi kalian
merasa sepi sendiri
dalam canda tawa hadirmu
bukankah kita sahabat
keluarga dalam satu
lingkaran kasih dan sayang
dari suatu ikatan rasa

dulu kita saling berbagi
tapi kau rasa itu biasa
bukan satu hal yang intim
bukan satu hal yang penting
kemana kita yang dulu
rumah tempat kita berkumpul
dalam hati dan jiwa yang satu

hilangkah, hancurkah kisah semu yang ada
hanya Tuhan yang tahu
kemana, kita akan melangkah
kembali menuju rumah kita
atau pergi ke istana masing-masing



dulu waktu bikin lagu ini the creators nangis bareng-bareng. karena ngerasa kepisah-pisah. ngerasa temen yang lain uda nggak peduli sama persahabatan kita. tapi sekarang kyaknya gw harus puas bwt merenungkan lagu ini sendiri. karena nggak bisa dipungkiri, semua uda punya hidupnya masing-masing.

Thursday, June 10, 2010

Dilema Penguasa Langit

Aku layaknya seorang penikmat alam sejati

Berjalan jauh untuk menemukan matahariku bersinar

Menikmati kehangatan cahayanya dari sela pucuk cemara

Sejauh ini aku berjuang untuk terjaga

Hanya untuk melihatnya lagi

Mentari yang kuyakini akan setia di langit untukku

Bersinar demi mencerahkan hari-hariku

Menghabiskan heliumnya yang walau banyak tetap terbatas

Agar aku slalu dapat merasakan kehadiranya

Aku menyukainya sepenuh hati

Sungguh mencintai sebagaimana ia selalu hadir di tiap tetes embun pagi

Mengagumi bagaimana ia membuatku terjaga

Oleh kecupan hangat yang tersampaikan dengan sinarnya

Di saat siang hari menjelang

Orang lain mulai menghujat sang terik

Dan berpindah memuja sepenuh hati kepada awan

Atas perlindungannya dari si panas mentari

Akupun turut mensyukuri kehadiran awan

Gumpalan yang mampu menyejukkan

Saat ku gerah oleh pantulan ultraviolet menyengat

Menyebalkan, membuatku ingin berteduh

Membuatku ingin berteduh dalam dekapan awan

Merasakan kelembutan teksturnya

Mencicipi halus bentuknya

Merengkuh dan memiliki keberadaannya

Terkadang saja untuk sesaat

Aku mendambakan memeluk sang awan

Sebab aku tau sebesar apapun aku menggilai matahari

Ada hal yang tak mungkin aku lakukan bersamanya

Seperti aku tak mungkin menyentuhnya

Rasanya nikmat jika aku bisa menggandeng awan turun

Aku membayangkan sensasi kesejukan

Setiap aku di dekat awan

Ia memang indah, eksotis, ajaib, memukau

Dia sempat mencuri hatiku diam-diam

Diam-diam, karena sepertinya dia tak sadar

Bahwa ada kagum dan sayang di hatiku untuknya

Aku ingin sekali memilikinya

Seandainya saja aku bisa menarik hatinya

Sempat sejenak aku berfikir dengan hati

Cemburukah matahari jika aku memuji awan

Aku merasa bersalah dan berdosa telah menghianatinya

Bahwa awan dan mentari ada di dimensi yang sama

Mereka saling melihat

Dan sepertinya mereka saling mengawasi

Tega jadinya bila aku bisa menyukai keduanya bersamaan

Tidak terlalu lama aku menyesali

Semua bimbang musnah saat aku merasakan dengan pikiran

Menyadari mentari tak perlu cemburu terhadap awan

Toh perhatianku ini hanya sesaat

Karena awan pun bukannya kekal

Tak ada kemungkinan bagiku untuk memilikinya

Sebelum puas aku menyentuh, ia akan lenyap

Menjelma menjadi debu dan rintik hujan

Berganti dengan awan yang lainnya

Menyingkir dari pandanganku

Lagipula bukankah pancaran matahari masih sampai di hatiku

Membuat hanya mataku yang memandang awan

Menyaksikannya perlahan bergulir dan menghilang

Tapi hatiku tetap hanya bagi matahari

Sehingga hanya mentari yang kukagumi

Menggunakan matabatinku

Membuat ku kembali meresapi

Memang hanya aku yang mengetahui

Betapa kesetiaan sang surya itu tetap

Hanya posisinya yang berubah perlahan

Tapi hangatnya masih sama

Sungguh aku hanya manusia berperasaan

Yang tetap berpikir dengan logika

Bahwasannya seberapapun pengorbanan yang mentari berikan

Dia tetap bisa kehabisan bahan bakar

Membuat bumi menjelma gulita

Saat itu aku membayangkan sesosok lain

Penghuni langit yang lain

Dia tidak menerangi kehidupanku

Tidak juga menyejukkan hatiku

Ia hanya berdiam di sana

Menemaniku menghitung waktu

Tadi malam, sebelum mentari tiba dengan harapannya

Mengingat keheningan tadi malam

Dimana hanya aku dan bulan yang saling pandang

Atau mungkin hanya aku yang memandang bulan

Karena bulan sibuk dengan bintang gemerlapnya

Tapi sungguh aku ingat

Sewaktu bintang tiada tampak

Bulan sempat tersenyum kepadaku

Mungkin baginya itu biasa

Bagiku ia menghiasi hatiku, terlebih mataku

Dengan kemilaunya yang tiada menyilaukan

Membuatku betah untuk terus menatapnya

Seperti berbincang dengan hening

Tapi syahdu adanya percakapan kami

Tak ada yang menyadarinya

Namun aku yakin kami ini sehati

Hingga kini aku mengharap

Aku akan bertemu bulan yang sama

Seperti yang semalam memikat hatiku

Walau di hati aku tahu

Sungguh aku tahu

Bahwa bulan telah memiliki bintang

Bahkan berganti dari satu bintang ke bintang yang lain

Yang memang menjadi pasangan sejatinya

Sedangkan matahari slalu setia menyapa dan menghangatkan

Tanpa menuntutku untuk membalas dengan kesetiaan setara

Hari dan malam terus bergulir

Matahari dan bintang silih berganti

Aku setiap waktunya merasa semakin terbebani

Dengan dosaku kepada matahari

Seiring bertambahnya rasa di diri

Tentang kekagumanku terhadap bulan

Aku layaknya seorang penikmat alam sejati

Berjalan jauh untuk menemukan matahariku bersinar

Melalui hari seindah ini bersama sang mentari

Lalu bergegas pulang untuk menikmati malam bergulir

Sembari mengagumi rembulan, semalaman ia memikat hati

Aku meyukai keduanya

Keduanya pangeran langit bagiku

Yang berbeda hanya masa mereka beredar

Aku ingin memiliki keduanya untukku sendiri

Kudapatkan mereka pergi tanpa satupun hadir disini

Jika aku masih tak bisa memilih

Apakah bulan yang mengagumkan

Apakah tetap pada matahari yang setia

Atau justru membiarkan mereka berlalu

Menghilang membawa perasaan di hatiku

Dn justru berbalik mengejar sang awan

Yang telah menghilang entah kemana

Aku heran

Kenapa awan tersebut lagi

Sunday, June 6, 2010

Mengenang tentang kalian

Dua minggu terakhir ini
Adalah hari-hari penentuan
Apakah saya nantinya dianggap mampu
Untuk lanjut ke kelas berikutnya
Atau tinggal di jenjang ini
Trntang cara penentuannya
Apalagi kalau bukan dengan ujian
Cara klasik menguji kemampuan pelajar
Saya dan teman-teman saya juga tentunya
Dipaksa untuk menjejalkan begitu banyak materi
Setiap malam kami berusaha mencerna
Isi dari buku pelajaran hingga larut
Dan bangun pagi buta untuk kembali belajar
Pikiran kami tersita dengan seluk beluk soal
Keringat dingin, deg-degan, was-was
Takut hafalan semalam terlupakan
Semakin difikir, terkadang semakin kabur
Yah...namanya juga pelajaran

Tapi ada hal lain yang unik
Yang selalu muncul di benak saya
Secara tiba-tiba tanpa permisi
Kadang justru disaat saya sedang konsen
Menghadapi soal yang bikin otak spaneng
Dan bikin perhatian saya teralih
Sejenak
Saya tiba-tiba teringat tentang
Eksistansi saya dan teman-teman sekelas
Eksistansi kelas kami
Yang kadang menyebalkan
Tapi tak jarang bikin kangen
Mulai perkenalan awal masuk
Wisata bareng ke luar kota
Nyanyi-nyanyi heboh di kelas
Diomelin guru dan walikelas
Rame-rame bikin onar
Ejekan-ejekan dan julukan aneh
Yang kadang bisa bikin emosi
Tapi lebih sering bikin ketawa
Gosip-gosip panas yang selalu update
Guyonan konyol yang kadang bikin ilfil
Kerjasama mengerjakan soal
Baik yang halal maupun yang dilarang
Sepakat untuk telat ngumpulin tugas
Berantem-beranteman juga tawur beneran
Baik yang sekelas maupun di luar kelas
Tuh kan, apa saya bilang
Sudah segini banyaknya tulisan saja
Belum juga mengungkap semua
Kejadian-kejadian di kelas saya
Namanya juga anak SMA
Kelas XI pula
Jamannya senang-senang
Walau terkadang keadaan tidak mendukung
Karena tuntutan mempersiapkan diri di kelas XI
Yang selalu disampaikan oleh beliau yang terhormat

Hmpfh...
Rasanya baru kemarin saya mengenal mereka
Dan berharap segera naik kelas
Karena kadang saya panas juga
Dengan ulah teman-teman saya
Yang hebohnya ga ketulungan
Tapi kenapa hari ini saya justru menghitung
Hari-hari yang tersisa untuk kami
Saya baru saja merasa lebih dekat
Merasa bahwa mereka semua punya sisi menyenangkan
Selalu begini pada setiap proses adaptasi
Baru bisa menikmati kesenangan
Di akhir masa kebersamaan

Seperti membaca novel
Tebal dan membosankan di tengahnya
Tapi saya diwajibkan membacanya
Apalagi dengan kejutan-kejutan konyol
Di setiap halaman cerita
Padahal di awal membuka buku ini
Saya sudah optimis bisa menghabiskannya dengan senang
Tapi kenapa saat di bagian intinya
Saya justru ingin menutup bacaan ini
Berharap cepat sampai pada akhir cerita
Dan kini saya berada di dua bab terakhir
Ajaib, saya tidak lagi merasa jenuh membacanya
Sejak saya menemukan konflik dan mencapai klimaksanya
Di sekitar bab ke 5 dari belakang tadi
Saya justru enggan mengetahui akhirnya
Karena saya ingin kisah ini terus berlanjut
Karena sekarang saya benar-benar sedang larut didalamnya
Karena saya baru saja mampu merasakan 'greget' nya
Mau apa lagi, saya tetap saja harus mengakhiri buku ini

Tinggal nanti bagaimana saya akan mengemas kembali
Cerita yang ada di novel itu
Bukan rangkumannya
Melainkan seluruh bagian
Sampai seluk beluk detail terkecil
Yang awalnya saya sepelekan
Karena membosankan
Setelah sekarang saya mengerti maksudnya
Justru saya menggilai cerita di novel tersebut
Dan nyatanya benar, saya bisa mengakhirinya
Bukan hanya dengan senyum, tapi juga haru, dan puas
Tidak menyesal saya membacanya
Semoga saya tidak melupakan ceritanya
Karena tertarik dengan cerita yang baru

Sama halnya saya yang tidak menyesal
Telah melewati hari-hari ini bersama kalian teman
Berharap bisa terus mengenangnya
Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini
Terimakasih atas momen-momen kita saat ini
Terimakasih atas hari-hari kita setelah ini
Tapi saya belum mau berfikir tentang perpisahan
Saya belum mau bilang selamat tinggal

Saturday, June 5, 2010

kemanusiaan itu apa

aku terpekur dalam renung
mereka terhanyut dalam keluh
mencoba merasakan rasanya jadi mereka
tiada seorang yang mencoba merasakanku
semua sibuk dengan masalahnya masing-masing
dan problematikaku bukan sesuatu yang berarti
seakan mereka emas
dan aku hanya sampah
saat air mata mereka bercucuran deras
mereka bilang itu luapan masalah yang berat dipikul
sedangkan air mataku yang menetes
adalah tanda kecengengan dan ketidakdewasaan
katanya beban mereka adalah hasil kedzaliman orang lain
tidak sama dengan sakit hatiku yang jadi tanggunganku
kalian mengaharap dimengerti sepenuh hati
bahkan kalian hanya memandangku sebelah mata
berbusa mulut itu mencacat dan mencerca aku
padahal hatiku penuh makian tertahan bagi kalian
bersusah payah aku menutupi amarahku
sesulit itukah kalian memilah kata-kata untukku
bukankah jika kita harus menanam kebaikan
untuk menuai kebajikan
oh...kulihat berbeda adanya
kalian yang menuntut keadilan, tanpa menanam benih baik
bisa mendapat pandangan terhormat bagi diri kalian sendiri
tak kaulihatkah perasaan orang-orang yang tersakiti
justru dera yang semakin banyak diterimanya
setelah marah, kalian tertawa
setelah patuh, aku tersungkur
lalu, bagaimana aku menuntut?
toh harapanku terbawa angin disekililingmu
yang mendengarkanku sambil lalu
impas bukan?adil bukan?
hanya pertanyaan retoris ini yang terucap

makhluk itu bernama...

Oh Good... kekonyolan apa lagi ini. kenapa jadi ada makhluk lain yang bikin perkampungan di rumahku. diulangi RUMAHKU. perasaan statusya udah HM alias hak milik, tapi kenapa masih ada aja yg seenak jidatnya bikin reuni disini. mending cuma numpang tinggal. lah, yang ini ikut nyiksa yg punya rumah. udah kecil, kadang nggak keliatan, suka keroyokan lagi. mut, semut. rese' amat si lo mut! masi bingung juga sampe skrg mereka tuh asalnya darimana deh? makanan ditinggal sebentar doang di meja, ujug-ujug udah dikerubungin sebatalyon. minuman manis dianggurin bentar di nakhas, tau-tau uda dijadiin kolam renang. kerjadian paling parah itu, waktu aku ngambil baju dari lemari pakaian. langsung pakee, nggak lama badan berasa merinding. dan aaaaaaaaaaaaaaaaaawwwwww.... sialaaaaan!aku digigitin semut segaban
refleks kubuka lagi baju yang tadi. and what i see??? semut-semut itu nangkring dengan indahnya di baju itu. uda keliatan kayak motif kaen aja, cuma yang ini bisa bergerak
shit! aku mikir 'jangan-jangan lemari baju gue...'. ouch damn! ternyata emang dinding dalem lemari baju uda banyak semut. aku cari penyebab apa yg bkin tu semut ngerubung di sono
tapi nggak ada apa-apa yang bisa ngundang semut sih. so why? tauk deh...yang penting sejak itu keluargaku mengibarkan bendera perang sama mereka. mulai dari nabur kapur semut dimana-mana. gambar pake kapur barus di tembok-tembok juga, lucu juga sekarang liat tembok kamarku ada banyak motif-motif konyol, yang digambar ngikutin trayek nya si semut. dan kita juga jadi makin rajin beberes. sambil nyemprotin obat semut (baca : obat nyamuk buat bunuh semut) . bodo amat, klepek-klepek deh situ lo mut. pokoknya kami tidak akan berhenti sebelum mereka hengkang dari rumah kami. heran, mereka dateng darimana sih? gantian gue ancurin sini rumah lo mut!week...