Thursday, June 24, 2010
Untuk Beliau Berdua
Friday, June 18, 2010
semua mungkin rencana tuhan
Tuesday, June 15, 2010
kalo aku punya doraemon
aku janji ga bakal serakah kaya nobita. aku janji ga bakal bergantung sama doraemon kayak nobita. aku cuma bakal minta 3 benda ini:
1. AKU MINTA ALAT YANG BISA BIKIN AKU BISA BACA PIKIRAN DAN PERASAAN ORANG
aku cuma pengen tahu siapa orang yang bener sayang sama aku, mana yang pura-pura, mana yang setengah-setengah. mana yang bener-bener temen aku, mana yang cuma basa-basi. emang si kayaknya ini bakal ngelanggar hak privacy seseorang. tapi gimana lagi dora *loh ko ganti kartun. akuu ga minta peta kok* , aku cape salah terka terus. aku udah terlanjur sayang sama temen-temenku, eh ternyata mereka cuma basa-basi doang. aku udah terlanjur seneng punya bestfriend eh ternyata mereka ga ngerasain hal yang sama. kan aku jadi sakit atiii...
2. AKU MINTA PINTU KEMANA SAJA
alesan utamanya, biar aku ga telat lagi kalo berangkat sekolah.hhe...selain itu biar aku bisa tetep jalan-jalan waktu liburan besok, walaupun aku ga punya duit.hho...
3. AKU MINTA KANTONG AJAIB PERSIS PUNYA DORAEMON
jadi aku ga tergantung sama kmu dora. aku juga ga minta banyak-banyak sama kamu. kan aku udah bisa ambil sendiri di kantong ku.hhe.jadi km bisa balik langsung ke jamanmu. hhe...
kalo kalian mau minta apa??
Friday, June 11, 2010
kisah semu
THIS IS IT
kita teman tapi berjauhan
kita sobat tapi berantakkan
kita saudara tapi saling bertengkar
mengapa aku merasa jauh
saat berada di sisi kalian
merasa sepi sendiri
dalam canda tawa hadirmu
bukankah kita sahabat
keluarga dalam satu
lingkaran kasih dan sayang
dari suatu ikatan rasa
dulu kita saling berbagi
tapi kau rasa itu biasa
bukan satu hal yang intim
bukan satu hal yang penting
kemana kita yang dulu
rumah tempat kita berkumpul
dalam hati dan jiwa yang satu
hilangkah, hancurkah kisah semu yang ada
hanya Tuhan yang tahu
kemana, kita akan melangkah
kembali menuju rumah kita
atau pergi ke istana masing-masing
dulu waktu bikin lagu ini the creators nangis bareng-bareng. karena ngerasa kepisah-pisah. ngerasa temen yang lain uda nggak peduli sama persahabatan kita. tapi sekarang kyaknya gw harus puas bwt merenungkan lagu ini sendiri. karena nggak bisa dipungkiri, semua uda punya hidupnya masing-masing.
Thursday, June 10, 2010
Dilema Penguasa Langit
Aku layaknya seorang penikmat alam sejati
Berjalan jauh untuk menemukan matahariku bersinar
Menikmati kehangatan cahayanya dari sela pucuk cemara
Sejauh ini aku berjuang untuk terjaga
Hanya untuk melihatnya lagi
Mentari yang kuyakini akan setia di langit untukku
Bersinar demi mencerahkan hari-hariku
Menghabiskan heliumnya yang walau banyak tetap terbatas
Agar aku slalu dapat merasakan kehadiranya
Aku menyukainya sepenuh hati
Sungguh mencintai sebagaimana ia selalu hadir di tiap tetes embun pagi
Mengagumi bagaimana ia membuatku terjaga
Oleh kecupan hangat yang tersampaikan dengan sinarnya
Di saat siang hari menjelang
Orang lain mulai menghujat sang terik
Dan berpindah memuja sepenuh hati kepada awan
Atas perlindungannya dari si panas mentari
Akupun turut mensyukuri kehadiran awan
Gumpalan yang mampu menyejukkan
Saat ku gerah oleh pantulan ultraviolet menyengat
Menyebalkan, membuatku ingin berteduh
Membuatku ingin berteduh dalam dekapan awan
Merasakan kelembutan teksturnya
Mencicipi halus bentuknya
Merengkuh dan memiliki keberadaannya
Terkadang saja untuk sesaat
Aku mendambakan memeluk sang awan
Sebab aku tau sebesar apapun aku menggilai matahari
Seperti aku tak mungkin menyentuhnya
Rasanya nikmat jika aku bisa menggandeng awan turun
Aku membayangkan sensasi kesejukan
Setiap aku di dekat awan
Ia memang indah, eksotis, ajaib, memukau
Dia sempat mencuri hatiku diam-diam
Diam-diam, karena sepertinya dia tak sadar
Bahwa ada kagum dan sayang di hatiku untuknya
Aku ingin sekali memilikinya
Seandainya saja aku bisa menarik hatinya
Sempat sejenak aku berfikir dengan hati
Cemburukah matahari jika aku memuji awan
Aku merasa bersalah dan berdosa telah menghianatinya
Bahwa awan dan mentari ada di dimensi yang sama
Mereka saling melihat
Dan sepertinya mereka saling mengawasi
Tega jadinya bila aku bisa menyukai keduanya bersamaan
Tidak terlalu lama aku menyesali
Semua bimbang musnah saat aku merasakan dengan pikiran
Menyadari mentari tak perlu cemburu terhadap awan
Toh perhatianku ini hanya sesaat
Karena awan pun bukannya kekal
Tak ada kemungkinan bagiku untuk memilikinya
Sebelum puas aku menyentuh, ia akan lenyap
Menjelma menjadi debu dan rintik hujan
Berganti dengan awan yang lainnya
Menyingkir dari pandanganku
Lagipula bukankah pancaran matahari masih sampai di hatiku
Membuat hanya mataku yang memandang awan
Menyaksikannya perlahan bergulir dan menghilang
Tapi hatiku tetap hanya bagi matahari
Sehingga hanya mentari yang kukagumi
Menggunakan matabatinku
Membuat ku kembali meresapi
Memang hanya aku yang mengetahui
Betapa kesetiaan sang surya itu tetap
Hanya posisinya yang berubah perlahan
Tapi hangatnya masih sama
Sungguh aku hanya manusia berperasaan
Yang tetap berpikir dengan logika
Bahwasannya seberapapun pengorbanan yang mentari berikan
Dia tetap bisa kehabisan bahan bakar
Membuat bumi menjelma gulita
Saat itu aku membayangkan sesosok lain
Penghuni langit yang lain
Dia tidak menerangi kehidupanku
Tidak juga menyejukkan hatiku
Ia hanya berdiam di
Menemaniku menghitung waktu
Tadi malam, sebelum mentari tiba dengan harapannya
Mengingat keheningan tadi malam
Dimana hanya aku dan bulan yang saling pandang
Atau mungkin hanya aku yang memandang bulan
Karena bulan sibuk dengan bintang gemerlapnya
Tapi sungguh aku ingat
Sewaktu bintang tiada tampak
Bulan sempat tersenyum kepadaku
Mungkin baginya itu biasa
Bagiku ia menghiasi hatiku, terlebih mataku
Dengan kemilaunya yang tiada menyilaukan
Membuatku betah untuk terus menatapnya
Seperti berbincang dengan hening
Tapi syahdu adanya percakapan kami
Tak ada yang menyadarinya
Namun aku yakin kami ini sehati
Hingga kini aku mengharap
Aku akan bertemu bulan yang sama
Seperti yang semalam memikat hatiku
Walau di hati aku tahu
Sungguh aku tahu
Bahwa bulan telah memiliki bintang
Bahkan berganti dari satu bintang ke bintang yang lain
Yang memang menjadi pasangan sejatinya
Sedangkan matahari slalu setia menyapa dan menghangatkan
Tanpa menuntutku untuk membalas dengan kesetiaan setara
Hari dan malam terus bergulir
Matahari dan bintang silih berganti
Aku setiap waktunya merasa semakin terbebani
Dengan dosaku kepada matahari
Seiring bertambahnya rasa di diri
Tentang kekagumanku terhadap bulan
Aku layaknya seorang penikmat alam sejati
Berjalan jauh untuk menemukan matahariku bersinar
Melalui hari seindah ini bersama sang mentari
Lalu bergegas pulang untuk menikmati malam bergulir
Sembari mengagumi rembulan, semalaman ia memikat hati
Aku meyukai keduanya
Keduanya pangeran langit bagiku
Yang berbeda hanya masa mereka beredar
Aku ingin memiliki keduanya untukku sendiri
Kudapatkan mereka pergi tanpa satupun hadir disini
Jika aku masih tak bisa memilih
Apakah bulan yang mengagumkan
Apakah tetap pada matahari yang setia
Atau justru membiarkan mereka berlalu
Menghilang membawa perasaan di hatiku
Dn justru berbalik mengejar sang awan
Yang telah menghilang entah kemana
Aku heran
Kenapa awan tersebut lagi
Sunday, June 6, 2010
Mengenang tentang kalian
Adalah hari-hari penentuan
Apakah saya nantinya dianggap mampu
Untuk lanjut ke kelas berikutnya
Atau tinggal di jenjang ini
Trntang cara penentuannya
Apalagi kalau bukan dengan ujian
Cara klasik menguji kemampuan pelajar
Saya dan teman-teman saya juga tentunya
Dipaksa untuk menjejalkan begitu banyak materi
Setiap malam kami berusaha mencerna
Isi dari buku pelajaran hingga larut
Dan bangun pagi buta untuk kembali belajar
Pikiran kami tersita dengan seluk beluk soal
Keringat dingin, deg-degan, was-was
Takut hafalan semalam terlupakan
Semakin difikir, terkadang semakin kabur
Yah...namanya juga pelajaran
Tapi ada hal lain yang unik
Yang selalu muncul di benak saya
Secara tiba-tiba tanpa permisi
Kadang justru disaat saya sedang konsen
Menghadapi soal yang bikin otak spaneng
Dan bikin perhatian saya teralih
Sejenak
Saya tiba-tiba teringat tentang
Eksistansi saya dan teman-teman sekelas
Eksistansi kelas kami
Yang kadang menyebalkan
Tapi tak jarang bikin kangen
Mulai perkenalan awal masuk
Wisata bareng ke luar kota
Nyanyi-nyanyi heboh di kelas
Diomelin guru dan walikelas
Rame-rame bikin onar
Ejekan-ejekan dan julukan aneh
Yang kadang bisa bikin emosi
Tapi lebih sering bikin ketawa
Gosip-gosip panas yang selalu update
Guyonan konyol yang kadang bikin ilfil
Kerjasama mengerjakan soal
Baik yang halal maupun yang dilarang
Sepakat untuk telat ngumpulin tugas
Berantem-beranteman juga tawur beneran
Baik yang sekelas maupun di luar kelas
Tuh kan, apa saya bilang
Sudah segini banyaknya tulisan saja
Belum juga mengungkap semua
Kejadian-kejadian di kelas saya
Namanya juga anak SMA
Kelas XI pula
Jamannya senang-senang
Walau terkadang keadaan tidak mendukung
Karena tuntutan mempersiapkan diri di kelas XI
Yang selalu disampaikan oleh beliau yang terhormat
Hmpfh...
Rasanya baru kemarin saya mengenal mereka
Dan berharap segera naik kelas
Karena kadang saya panas juga
Dengan ulah teman-teman saya
Yang hebohnya ga ketulungan
Tapi kenapa hari ini saya justru menghitung
Hari-hari yang tersisa untuk kami
Saya baru saja merasa lebih dekat
Merasa bahwa mereka semua punya sisi menyenangkan
Selalu begini pada setiap proses adaptasi
Baru bisa menikmati kesenangan
Di akhir masa kebersamaan
Seperti membaca novel
Tebal dan membosankan di tengahnya
Tapi saya diwajibkan membacanya
Apalagi dengan kejutan-kejutan konyol
Di setiap halaman cerita
Padahal di awal membuka buku ini
Saya sudah optimis bisa menghabiskannya dengan senang
Tapi kenapa saat di bagian intinya
Saya justru ingin menutup bacaan ini
Berharap cepat sampai pada akhir cerita
Dan kini saya berada di dua bab terakhir
Ajaib, saya tidak lagi merasa jenuh membacanya
Sejak saya menemukan konflik dan mencapai klimaksanya
Di sekitar bab ke 5 dari belakang tadi
Saya justru enggan mengetahui akhirnya
Karena saya ingin kisah ini terus berlanjut
Karena sekarang saya benar-benar sedang larut didalamnya
Karena saya baru saja mampu merasakan 'greget' nya
Mau apa lagi, saya tetap saja harus mengakhiri buku ini
Tinggal nanti bagaimana saya akan mengemas kembali
Cerita yang ada di novel itu
Bukan rangkumannya
Melainkan seluruh bagian
Sampai seluk beluk detail terkecil
Yang awalnya saya sepelekan
Karena membosankan
Setelah sekarang saya mengerti maksudnya
Justru saya menggilai cerita di novel tersebut
Dan nyatanya benar, saya bisa mengakhirinya
Bukan hanya dengan senyum, tapi juga haru, dan puas
Tidak menyesal saya membacanya
Semoga saya tidak melupakan ceritanya
Karena tertarik dengan cerita yang baru
Sama halnya saya yang tidak menyesal
Telah melewati hari-hari ini bersama kalian teman
Berharap bisa terus mengenangnya
Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini
Terimakasih atas momen-momen kita saat ini
Terimakasih atas hari-hari kita setelah ini
Tapi saya belum mau berfikir tentang perpisahan
Saya belum mau bilang selamat tinggal
Saturday, June 5, 2010
kemanusiaan itu apa
mereka terhanyut dalam keluh
mencoba merasakan rasanya jadi mereka
tiada seorang yang mencoba merasakanku
semua sibuk dengan masalahnya masing-masing
dan problematikaku bukan sesuatu yang berarti
seakan mereka emas
dan aku hanya sampah
saat air mata mereka bercucuran deras
mereka bilang itu luapan masalah yang berat dipikul
sedangkan air mataku yang menetes
adalah tanda kecengengan dan ketidakdewasaan
katanya beban mereka adalah hasil kedzaliman orang lain
tidak sama dengan sakit hatiku yang jadi tanggunganku
kalian mengaharap dimengerti sepenuh hati
bahkan kalian hanya memandangku sebelah mata
berbusa mulut itu mencacat dan mencerca aku
padahal hatiku penuh makian tertahan bagi kalian
bersusah payah aku menutupi amarahku
sesulit itukah kalian memilah kata-kata untukku
bukankah jika kita harus menanam kebaikan
untuk menuai kebajikan
oh...kulihat berbeda adanya
kalian yang menuntut keadilan, tanpa menanam benih baik
bisa mendapat pandangan terhormat bagi diri kalian sendiri
tak kaulihatkah perasaan orang-orang yang tersakiti
justru dera yang semakin banyak diterimanya
setelah marah, kalian tertawa
setelah patuh, aku tersungkur
lalu, bagaimana aku menuntut?
toh harapanku terbawa angin disekililingmu
yang mendengarkanku sambil lalu
impas bukan?adil bukan?
hanya pertanyaan retoris ini yang terucap
makhluk itu bernama...
refleks kubuka lagi baju yang tadi. and what i see??? semut-semut itu nangkring dengan indahnya di baju itu. uda keliatan kayak motif kaen aja, cuma yang ini bisa bergerak
shit! aku mikir 'jangan-jangan lemari baju gue...'. ouch damn! ternyata emang dinding dalem lemari baju uda banyak semut. aku cari penyebab apa yg bkin tu semut ngerubung di sono
tapi nggak ada apa-apa yang bisa ngundang semut sih. so why? tauk deh...yang penting sejak itu keluargaku mengibarkan bendera perang sama mereka. mulai dari nabur kapur semut dimana-mana. gambar pake kapur barus di tembok-tembok juga, lucu juga sekarang liat tembok kamarku ada banyak motif-motif konyol, yang digambar ngikutin trayek nya si semut. dan kita juga jadi makin rajin beberes. sambil nyemprotin obat semut (baca : obat nyamuk buat bunuh semut) . bodo amat, klepek-klepek deh situ lo mut. pokoknya kami tidak akan berhenti sebelum mereka hengkang dari rumah kami. heran, mereka dateng darimana sih? gantian gue ancurin sini rumah lo mut!week...